Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam mencintai
Cewek. Itulah mungkin yang mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang cewek manapun di sekolah. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek2 amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang olahraga, seperti basket, sepak bola dan sebagainya. Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bogor. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Rere. Aku biasanya memanggilnya kak Rere, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah kak Rere. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar ketika aku menelponnya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 30 tahun, tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang dan lebat, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis perawan. Dan di dalam mobil itu jantung ku benar-benar berdebar tidak teratur.
"Capek Dek Jono?", tanyanya.
"Iyalah kak, di kereta duduk terus dari pagi", jawabku. "Tapi kak Rere masih cantik ya?"
Ia ketawa,
"Ada-ada saja kamu".
Selama tinggal di rumahnya kak Rere. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari kak Rere. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan kak Rere sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Kak Rere sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak kak Rere asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
"Nggak tidur Jon?", tanyanya.
"Masih belum ngantuk kak", jawabku.
Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat kak Rere. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
"Kamu banyak diam ya", katanya.
"Eh..oh, iya", kataku kaget.
"Mau ngobrolin sesuatu?", tanyanya.
"Ah, enggak, pingin nemeni kak Rere aja", jawabku.
"Ah kamu, ada-ada aja"
"Serius kak"
"Makasih"
"Restorannya gimana kak? Sukses?"
"Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya diserahkan pada general managernya. Kakak rere sewaktu-waktu saja ke sana", katanya. "Gimana kuliahmu?"
"Ya, begitulah kak, lancar saja", jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat.
"Saya pijetin ya kak, sepertinya kakak capek".
"Makasih, nggak usah ah"
"Nggak papa koq kak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?"
Ia tersenyum,
"Ya udah, pijitin saja"
Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya kak Rere besar juga. Tercium bau harum parfumnya.
"Kamu sudah punya pacar Jon?", tanya kak Rere.
"Nggak punya kak"
"Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?"
"Saya aja yang nggak tertarik dengan mereka"
"Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta"
"Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya"
"Masa'?"
"Iya kak, orangnya cantik, tapi sudah janda", aku mencoba memancing.
"Siapa?"
"Kak Rere".
Ia ketawa, "Ada-ada saja kamu ini".
"Aku serius kak, nggak bohong, pernah kakak tahu aku bohong?",
Ia diam.
"Semenjak aku bertemu kak Rere, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping kak Rere. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi kak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama kak", kataku.
"Jon, aku ini bibimu", katanya.
"Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong kak, aku mau jujur kalau aku cinta ama kak", kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Kak Rere mencoba melepaskan pelukanku.
"Maaf Jon, kakak perlu berpikir", kata kak Rere beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar kak Rere. Aku pun mencoba menguping.
"Apa yang harus aku lakukan?....Apa..."
Aku menunduk, mungkin kak Rere kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan kak Rere. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, kak Rere selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Kak Rere tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak kak Rere melihat-lihat isi kulkas.
"Waduh, Jon, bisa minta tolong bantu kakak?", tanyanya.
"Apa kak?"
"Kakak mau belanja, bisa bantu kakak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis",katanya.
"OK"
"Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak", katanya. Aku mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan anak-anak kak Rere sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan kak Rere. Kami mirip sepasang suami istri, kak Rere rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke kak Rere bahwa perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke kak Rere bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.
Saat itu anak-anak kak Rere sedang sekolah. Kak Rere merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah.
"Apa ini?", tanyanya.
"Kado, kak Rere kan ulang tahun hari ini",
Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewah.
"Indah sekali, berapa harganya?", tanyanya.
"Ah nggak usah dipikirkan kak", kataku sambil tersenyum. "Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada kak"
"Sebentar ya", katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
"Bagaimana Jon?", tanyanya.
"Cantik kak, MantaBBB!!", kataku sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. "Terima kasih"
"Aku cinta kamu kak", kataku.
Kak Rere menatapku. "Aku tahu"
Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Kak Rere mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.
"Aku juga cinta kamu Jon, dan aku bingung", katanya.
"Aku juga bingung kak"
Kami berciuman lagi. Kak Rere berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi kak Rere ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
"Nggak perlu heran Jon, kak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat", katanya.
Aku lalu benar-benar menciumi Memeknya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta kak Rere. Kak Rere meremas rambutku, menjakakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi Jonita.
"Tidak Jon, jangan....AAAHH", kak Rere berteriak.
"Kenapa kak?" kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. "Aku keluar Jon"
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
"Gantian sekarang", katanya sambil tersenyum.
Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh...aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan kak Rere yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Kak Rere menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh...sensasinya luar biasa.
"Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa Jon", kata kak Rere.
"Nggak kak, aku ingin keluar di situ aja?", kataku sambil memegang liang Memeknya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan Kontol ku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless....Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
"Ohh....Jon...enak Jon...", katanya.
"Ohhh...kak...Kak Rere...ahhh...", kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok...plok..plok..cplok..!! "Jooooon !!!!...kakak keluar lagi...AAAHHHH"
Kak Rere ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Memeknya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
"Masukin Jon, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Kakak rela punya anak darimu Jon", katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih kak Rere, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH....
"Oh Jon...Jon...kakak keluar lagi", kak Rere mencengkram punggungku. Dan aku menekakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya kak Rere mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk kak Rere.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Kak Rere masih di pelukanku. Kak Rere dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak kak Rere sepertinya.
Kak Rere menyentuh penisku. "Ini luar biasa, kak Rere sampe keluar berkali-kali, Jon, kamu mau jadi suami kak?"
"eh?", aku kaget.
"Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu", katanya.
Aku lalu memeluknya, "aku bersedia kak".
Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan kak Rere, aku mulai mencoba berbagai gaya. Kak Rere sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang Memeknya. hehehe...tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.